Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Tak hanya memiliki sumber daya alam yang melimpah akan tetapi Indonesia juga punya segudang keragaman kebudayaan nusantara di setiap daerahnya. Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki keragaman budaya yang berbeda sekaligus memiliki ciri khas masing-masing. Keragaman kebudayaan ini dapat terdiri dari rumah adat, tarian tradisional, upacara adat, baju adat, bahasa daerah, kuliner khas daerahnya, serta yang lainnya. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki segudang keragaman kebudayaan yaitu provinsi Lampung. Provinsi Lampung terletak di selatan di pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota atau pusat pemerintahan berada di kota Bandar Lampung. Kebudayaan di Lampung merupakan perpaduan kebudayaan Arab, Cina, dan India. Keragaman kebudayaan Lampung terdiri atas sastra lisan Lampung, bahasa Lampung, adat istiadat, kain Lampung, serta rumah adat Lampung.
Aneka Kebudayaan Lampung
- Sastra Lisan Lampung
Jenis Sastra Lisan Lampung
Sastra lisan Lampung adalah sastra berbahasa Lampung yang tersebar secara lisan atau tidak tertulis. Sastra lisan Lampung terbagi menjadi 6 jenis, yaitu :
- Sesikun/Sekiman (Peribahasa Lampung)
- Segaming/Sete
- Memmang (Mantra-Mantra Gaib)
- Warahan (Dongeng/Cerita Rakyat Lampung)
- Puisi Lampung
- Dadi (Pantun)
Manfaat Sastra Lisan Lampung
Sastra lisan Lampung memiliki beberapa manfaat di antaranya yaitu :
- Digunakan dalam berbagai acara adat Lampung sesuai dengan fungsinya masing-masing
- Sebagai media hiburan
- Sebagai media penyampaian pesan
- Sebagai penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia
- Sebagai media untuk saling berkomunikasi
Bentuk-Bentuk Puisi Lampung
Puisi Lampung dibagi menjadi tujuh jenis sesuai dengan tempat dan waktu pelaksanaannya yaitu :
- Paradinei/paghadinei, merupakan puisi yang digunakan untuk menyambut tamu yang berisi tentang tanya jawab maksud dan tujuan kedatangan pada saat acara pernikahan.
- Peppacur/pepacogh, merupakan puisi yang dibawakan dengan isi menyampaikan nasihat dan pesan kepada mempelai pada acara pemberian gelar adat
- Bubandung, yaitu puisi yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang mengandung unsur agama khususnya Islam dan dibawakan dengan perasaan senang.
- Hawiwang, yaitu puisi yang menceritakan kisah yang sedih
- Pisaan/ringget, yaitu puisi untuk pelepasan/mengantarkan mempelai wanita ketempat mempelai pria
- Talibun
- Sagata/Segata atau dikenal dengan adi-adi adalah puisi yang berbentuk seperti pantun dan dibawakan dalam acara sukarela atau senang-senang
- Bahasa Lampung
Bahasa Lampung diklasifikasikan menjadi dua sub dialek yaitu :
- Dialek Belalau atau Dialek Api yang dipertuturkan oleh sebagian besar etnis Lampung yang berdomisili di pesisir Lampung. Dialek Belalau ini terbagi menjadi beberapa logat di antaranya logat Belalau, logat Krui, logat Melinting, logat Way Kanan, logat Pubian, logat Sungkai, dan logat Jelma Daya.
- Dialek Nyou yang dipertuturkan oleh sebagian besar etnis Lampung yang berdomisili di perairan besar yaitu Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way Sekampung. Dialek Nyou dibagi menjadi beberapa logat yaitu logat Abung dan Logat Menggala
- Adat Istiadat
Tidak hanya bahasa Lampung yang diklasifikasikan akan tetapi adat istiadatnya pun diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
- Saibatin
Saibatin didefinisikan sebagai adat yang masih mempertahankan kemurnian adat Paksi Pak Sekala Brak. Masyarakat Lampung Sai Batin tinggal di wilayah pesisir mulai dari Pesisir Barat, Teluk Semangka, Teluk Lampung, Selat Sunda, dan Laut Jawa
- Pepadun
Adat Pepadun adalah adat baru yang dikembangkan oleh orang Lampung yang sudah meninggalkan Sekala Brak dan tidak mengikuti peraturan adat nenek moyang sehingga mereka melakukan pembaharuan. Masyarakat Lampung beradat Pepadun berdomisili di hulu-hulu sungai besar yaitu Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Sekampung. Adat Pepadun dianut juga oleh Lampung Abung dan Lampung Tulang Bawang.
Marga Lampung
Marga Lampung dibagi menjadi beberapa marga yaitu Lampung Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulang Bawang, Pubian Telu Suku, dan Sungkay Way Kanan Buay Lima
- Kain Lampung
Kain tapis adalah pakaian adat wanita Lampung yang berbentuk kain sarung. Pakaian adat memiliki fungsi yang bermacam-macam. Tidak hanya sebagai pelindung tubuh, pakaian adat juga berfungsi sebagai perhiasan, lambang kesucian, perlengkapan upacara keagamaan, dan bahkan merupakan lambang status sosial seseorang. Kain tapis yang digunakan sebagai perlengkapan upacara adat memiliki motif yang beragam. Kain tapis yang digunakan dalam upacara adat tidak sembarangan melainkan harus memperhatikan motif pada kain tapis karena setiap motif memiliki makna yang berbeda. Macam-macam motif pada kain tapis beserta maknanya yaitu :
- Motif Ketak-Ketik
Pesan yang terkandung di dalamnya yaitu untuk mengingatkan agar kita selalu hidup sewajarnya dan jangan berlebihan.
- Motif Candi Stupa
Pesan yang terkandung di dalamnya yaitu untuk mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak meninggalkan ibadah
- Motif Kembang Manggus
Mengingatkan pada kita agar selalu mawas diri karena sifat dan watak seseorang akan tercermin dari perilaku sehari-hari
- Motif Jung Sarat
Memiliki makna untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan dibutuhkan pengetahuan dan didukung oleh kemampuan jasmani dan rohani
- Motif Manik-Manik Kaca
Bermakna agar kita banyak bercermin untuk mengoreksi diri demi kebajikan yang akan datang agar dapat menjadi teladan di masyarakat
- Motif Bintang
Melambangkan kita agar dapat menjadi penerang bagi orang-orang di sekitar kita
- Motif Cucuk Handak
Mengingatkan kepada seseorang yang sudah berkedudukan tidak lagi melakukan hal yang tercela.
- Motif Laut Linau
Memiliki makna dalam melakukan pekerjaan lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan
- Rumah Adat Lampung
Lampung memiliki rumah adat yang bernama Nuwo Sesat. Rumah adat Lampung umumnya terdiri dari lamban/lambanaha/nuwo, bangunan ibadah yang disebut masjid, mesigit, surau, ruang mengaji, sesat/bantaian, dan lamban pamonahan. Rumah adat Lampung pada umumnya dibangun berbentuk rumah panggung. Bentuk rumah ini disesuaikan dengan kondisi geologis pada saat itu. Rumah pangguang berfungsi untuk melindungi tuan rumah dari serangan binatang buas. Rumah adat Nuwo Sesat dibangun menggunakan kayu. Sedangkan bagian atap dibuat menggunakan daun ilalang. Penggunaan kayu sebagai bahan baku pembuatan rumah bukan dipilih tanpa sebab. Penggunaan kayu tidak lepas dari warisan nenek moyang masyarakat Lampung. Sejarah telah mencatat bahwa Lampung telah mengenal bencana gempa bumi sejak dahulu. Pembuatan rumah panggung dengan bahan baku kayu akan mempertahankan posisi rumah dari bencana gempa bumi. Selain itu, pemanfaatan daun ilalang sebagai atap rumah juga menunjukkan bagaimana masyarakat Lampung menghargai hasil sumber daya alam yang ada.
Itulah sedikit penjelasan mengenai kebudayan Lampung yang fenomenal. Hendaknya kita dapat melestarikan kebudayaan dari masing-masing daerah kita karena keragaman kebudayaan ini merupakan kekayaan bangsa kita.
Penulis: Nyayu Azzahra Nabila
Editor: Tim Eskul Persisma SMAN 5 Bandarlampung